Tuesday, September 13, 2005

lintas melawai

Aku suka sekali baju berbahan linen. Pada awal masa kuliahku, di akhir 90-an, sama sekali tidak mudah menemukan baju linen di pasaran. Sekalinya ketemu, aku pasti bisa bela-belain membelinya. Kadang aku pun bela-belain mengusahakannya sendiri dengan beli kain dan pergi ke penjahit. Aku tidak menunggu pasar menyediakan gayaku.
Pokoknya mah, linen itu aku banget…
Tapi belakangan aku keteteran juga ketika toko-toko sudah menjual apa saja. Semua gaya ada, termasuk linen favoritku. Awalnya senang-senang aja ketika dengan mudah menemukan sesuatu yang bisa bikin aku mengguman gue banget. Tapi lama-kelamaan, aku jadi kehilangan sensasi being different. Apalagi ketika baju-baju berbahan looks-like-linen mulai masuk di toko-toko Melawai atau Mangga Dua. Walah, pasaran banget!
Memang begitulah, barang-barang yang dijual di Melawai kebanyakan looks-like-something. Saat trend pasmina yang kalau di Mall berharga sampai ratusan ribu, kamu bisa dapet barang yang sekilas sama dengan harga hanya 25.000 di Melawai. Lalu ketika trend orang pake blazer. Mau warna merah, kuning, ijo, atau pink, semua ada di Melawai.

Jangankan baju berbahan linen kesukaanku, bahkan waktu jamannya baju distro yang dulunya muncul dengan semangat indie (yang pengen keluar dari sistem pasar) sekarang bisa ditemukan di Melawai. Entah indie beneran atau cuma looks-like-distro. Yang jelas beberapa kaos dengan disain ala distro itu juga mencantumkan mereknya besar-besar: distro. Jadi pasti benar ini baju distro :)


Tapi bagaimanapun juga, Melawai – seperti juga distro – menjadi counter bagi mal-mal dengan kapital dan jaringan konglomerasi yang hebat. Satu hal yang menyenangkan, kadang kala Melawai menyediakan trendnya sendiri yang tidak dapat dikejar oleh mall. Misalnya, sandal plastik berwarna-warni, justru sangat mudah didapatkan di Melawai.

Tapi tentang baju linen yang jadi pasaran, tetap saja membuatku gelisah. Mungkin aku harus mencari sesuatu yang baru, sesuatu yang benar-benar independent dan individually. Jika bukan lagi baju berbahan linen, atau kaos produk distro yang sekarang dipakai banyak orang, mungkin saya harus menjadi anti-trend karena justru lebih banyak orang merasa nyaman dengan memakai produk yang juga dipakai banyak orang.

*Beberapa hari yang lalu, pasar melawai kebakaran. aku melihat kepanikan para pedagang pagi itu. Jangan, jangan menyerah, karena gaya orang satu Jakarta ada di sana…

No comments: