Aku menguping pembicaraan seorang teman yang ditanya, menyenangkankah tinggal di Australia? Ia memang baru saja meninggalkan Jakarta untuk kuliah di Canberra. Dan jawabannya adalah, "Di sana membosankan sekali." Bukan, bukan karena Canberra kota kecil yang sangat sepi apalagi jika dibandingkan dengan Jakarta. Melainkan karena, "Semua di sana bisa diprediksi. Kita sudah tahu bisnya lewat mana, akan tiba di halte jam berapa, toko tutup jam berapa. Kita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi," begitu katanya.
Aku sendiri membuktikannya saat menginjakkan kaki di benua Kangguru itu. Walaupun deg-degan karena ini pengalaman pertama ke luar Asia (well, kita tahu kultur Asia) tapi toh semua lancar saja karena aku sudah (diberi) tahu bagaimana dari Sidney menuju Canberra dan semuanya tepat seperti petunjuk tanpa opsi lain. Semua teratur dan terprediksi.
Memang beda dengan Jakarta atau kota-kota Indonesia lainnya. Damri bandara jurusan Blok M saja kadang nggak lewat Sudirman untuk menghindari macet. Tapi sungguh menyenangkan karena kita bisa menunggu bis di mana saja, tukang gorengan yang selalu ada kalau lapar di perjalanan, tukang sol sepatu, tukang jahit, tukang payung, dan berbagai service lainnya yang lewat di depan rumah. Adakah itu di Australia? Pastinya tidak.
Dan kitapun ngga pernah tahu kapan bis akan lewat atau malah tidak lewat karena jalurnya berubah, nggak pernah tahu tempat mangkal tukang gorengan karena bisa saja dia tiba-tiba dikejar kamtib, juga tidak tahu apakah hari ini tukang sol sepatu, tukang jahit atau tukang payung lewat, kita bisa mengetuk toko yang mau tutup untuk membeli sesuatu sambil pasang tampang agak memelas, bisa juga menawar harga-harga di pasar. Semuanya jadi penuh kejutan dan petualangan.
Well, selamat menikmati Jakarta!
No comments:
Post a Comment