Mirip dengan Jogja, orang-orang di Toronto menggunakan mata
angin sebagai orientasi arah. Bedanya, kalau di Jogja patokannya adalah Gunung
Merapi di utara, maka di Toronto patokannya adalah Danau Ontario di selatan.
Tentu danau tidak seperti gunung yang langsung terlihat tanpa halangan. Tapi
menanyakan letak danau sepertinya cukup umum di sini, dan dapat dengan mudah
dijawab oleh orang di sana.
Seminggu di Toronto, Canada, kami hampir melulu menelusurinya
dengan angkutan umum, --hanya saat pulang dan pergi dari bandara, juga
acara-acara dengan KJRI kami dijemput mobil plus sekali dipesankan uber karena
sudah cukup larut. Kebetulan hotel tempat kami tinggal berada di down town dan
dekat dengan stasiun MRT. Malahan, kalau jaraknya masih di bawah 2 km, kami
memilih jalan kaki. Apalagi trotoarnya nyaman, juga cuaca yang bersahabat.
Summer tapi masih terhitung sejuk untuk kami orang tropis.
Angkutan umumnya juga nyaman. Antara MRT, bus dan trem
(street car) terkoneksi dan hanya perlu sekali bayar untuk sekali jalan.
Artinya, kita bisa berganti tiga moda itu dalam satu kali perjalanan hanya satu
kali membayar dan menunjukkan tiket transfer saat akan berpindah. Harga tiket,
baik untuk MRT, bus, maupun trem, sama semua yakni $3.25 untuk warga biasa.
Untuk pembelian lebih dari 3, diskon menjadi $3/orang. Untuk manula dan
anak-anak, ada harga khusus.
Satu yang aku perhatikan, tidak ada petugas pemeriksa tiket
di sana. Untuk MRT, misalnya, orang yang tidak punya tiket terusan akan membeli
token yang berbentuk seperti koin dengan diameter sekitar 1 cm, langsung
dimasukkan di kotak kenclengan di depan petugas loket. Kadang kalau kehabisan
token, kita diminta langsung masukin duitnya. Pemegang tiket bus, cukup
menunjukkan tiketnya ke petugas loket, entahlah si petugas sempat baca jam dan
tanggal di tiket bus itu atau tidak. Percaya aja, sepertinya.
Juga pengalaman saat naik Go Train, kereta commuter ke luar
kota Toronto. Tiket dibeli di loket. Lalu kami menuju peron yang ditentukan.
Saat masuk peron, di dalam kereta, maupun saat tiba di stasiun tujuan, tidak
sekalipun ada petugas yang memeriksa tiket. Tiketnya pun kertas, bukan macam
kartu yang di-tap di pintu masuk dan keluar. Rasanya, kalau tadi ngga beli
tiket, juga ngga akan ketahuan. Hehehe…
Sebetulnya sistem transportasinya sangat nyaman dan jelas
informasinya. Yang membingungkan aku justru kontrolnya yang sangat longgar.
Jadi ngebayangin, apakah ada, atau banyakkah warganya yang suka nilep-nilep
ongkos? Hehehe…